Selasa, 03 Maret 2009

Melihat Masalah Masyarakat Secara Utuh

Ada percakapan disuatu sore di sudut ibu kota sebuah propinsi, “Gimanalah bang, bukannya kami tak mau meningggalkan pekerjaan kami ini, tapi besok anak istri kami mau makan apa bang? “ kemudian si penjual itu kembali memutar vcd musik yang lagunya sedang populer, dia beres-beres sedikit untuk memperindah dan menata vcd dan dvd nya agar terlihat menarik.

Ada juga pembicaraan dua orang yang berlainan jenis, di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter yang sepertinya lampunya sengaja dibuat remang-remang. “ Mbk kenapa sih kerjanya “beginian”? apa gak takut dosa dan cemoohan masyarakat?”, kata di pria. “Yahhh, mau gimana lagi ya mas, saya sudah berusaha kesana kemari cari kerjaan tapi gak ada yang mau nerima saya yang lulusan SD ini, mana suami saya sudah entah kemana, terus anak saya mau disekolahkan pakai biayanya dari mana mas? Dan makannya kami berdua juga siapa yang mau nanggung?”

Itulah sekelumit permasalahan yang ada nyat adanya dimasyarakat kita, dan kita jugua sering berinteraksi dengan mereka, para pedagang vcd dan dvd bajakan, para wanita penjaja seks komersil, dan para penjual jam tangan bajakan, para penjual kaos dagadu palsu dan banyak kelompok sosial yang strata sosialnya jauh dibawah kelompok profesi lainnya.

Pemerintah dalam menyikapi kelompok masyarakat seperti ini sangat kaku sekali, biasanya mengedepankan pendekatan hukum saja. Bukan hanya sampai disitu, sering juga pemerintah ikut-ikutan memperparah keadaan dengan membuat perda – perda khusus yang tidak konstruktif/ membangun. Belum lagi, ditambah pemuka agama yang terkadang juga ikut mensukseskan program pemerintah ini dengan menyatakan bahwa “ini semua adalah cobaan, kita harus sabar menghadapi semua masalah ini”.

Masyarakat saat ini tidak butuh pendekatan agama yang bersifat menenangkan, masyarakat butuh aksi nyata dari para juru dakwah. Tak banyak yang mengeluh begini, “lapar kok disuruh ngaji dan solat?”. “Lapar itu dikasi makan om bukan disuruh solat”. Biasanya mereka akan berkata kami mau kerja apa saja yang penting bisa menghidupi kehidupan kami.

Pendekatan Partisipatif

Ada satu model pendekatan dalam motodologi penelitian yang pernah saya pelajari dan sekarang sedang dikembangkan oleh beberapa NGO dan kelompok social masyarakat. Namanya pendekatan partisipatif, biasa digunakan untuk mancari data dalam sebuh penelitian. Seperti observasi tapi di sini peneliti ikut terlibat dan berbaur dalam masyarakat yang akan diteliti dan objek yang diteliti juga tidak merasa diteliti. Secara sederhana peneliti ikut berbaur dengan objek penelitian tersebut.

Banyak kelompok masyarakat yang sudah mengembangkan model pendekatan partisipatifnya dalam mengatasi masalah sosial, tak mudah memang. Waktu yang digunakan tak singkat, tapi dengan pendekatan ini justru kelompok sosial yang ingin kita rubah bisa menjadi perpanjangan tangan untuk rekan-rekannya, seperti jejaring di MLM –lah. Disini justru masyarakat dilibatkan secara langsung, mereka tidak diarahkan, tapi fasilitator/ pendamping tersebut hanya bertugas menyadarkan masyarakat. Justru disini, fasilitator juga ikut belajar bagaimana masyarakat ini menyelesaikan masalahnya masing-masing (prinsipnya tak ada yang jadi guru kehidupan, semuanya sama-sama belajar).

Dan menurut saya, model pendekatan seperti inilah yang perlu dilakukan pemerintah dan pemuka agama untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada dimasyarakat luas, jangan lagi kita perlakaukan saudara kita dengan kasar dan tidak humanis. Saat ini memang sudah ada PNPM Mandiri program pemerintah, tapi realitas dimayarakat kita tidak berjalan dengan baik, dana yang ada malah digunakan untuk membangun infrastruktur (seperti pos ronda, tempat pembuangan sampah dan membangun parit) yang menurut saya sangat kurang efektif untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada.
Pemerintah dan para juru dakwah perlu belajar banyak dari kelompok masyarakat yang sudah melakukan model pendekatan ini. Dan organisasi pelajar seperti Ikatan Pelajar Muhamamdiyah sudah melakukannya sejak tahun 2000 awal, sekarang IPM sudah mengembangkan model partisipatif versi IPM, yang lain kapan?

mari belajar bersama masyarakat akar rumput

Tidak ada komentar:

Posting Komentar