Selasa, 10 Maret 2009

Nikmati Indahnya Hari Tanpa Tambatan Hati

Hari-hariku lewati hanya sendiri tanpa kekasih
Tapi tetap ku nikmati indahnya hari tanpa tambatan hati

Aku ingin menjadi setitik awan kecil di langit
Bersama mentari
Walaupun ku sendiri tapi aku masih ada
Masih ada cinta di hati

Kadang aku merindukan
Merindukan sentuhan
Sentuhan wanita

Ingin ku curahkan semua
Semua hasrat di jiwa
Yang telah lama ku pendam

Hari-hariku lewati hanya sendiri tanpa kekasih
Oh oh.. Walaupun kusendiri tapi ku masih bisa bahagia


Pastilah para pembaca sudah tahu siapa pelantun lirik lagu diatas. Saat ini memang suara hati ku sedang terwakili oleh lagu ini. Aku pernah menulis dengan tema besar bahwa pasangan hidup itu bagi ku saat in adalah kebutuhan yang penting tapi "belum" mendesak. Sampai sekarang aku masih memegang kata demi kata yang sudah ku tulis itu. Tapi, seperti kata lagu diatas kadang-kadang rasanya ingin juganya aku punya dambaan hati. Rasanya asyik juga bisa berbagi, ngobrol ngalor ngidul kesana kemari atau sekedar tanya kabar, lagi apa disana, sudah makan belum, atau mungkin nanya IP nya gimana, dan kapan pendadarannya.

Dahulu sekali sekitar kelas 1 SMA (sekitar tahun 2001) Aku punya pengalaman mengejar seorang dambaan hati. Tentunya yang aku kejar ini bukan pelajar putri sembarangan. Anaknya super cerdas, pintar juga berteman dan bisa diajak ngobrol dengan tema apa saja. Kelas 1 aku gagal mendapatkanya. Naiklah aku ke kelas 2, sama juga hasilnya nihil. Tapi memang sudah mulai ada pencerahan dengan model pendekatan yang ku lakukan, massif dan progresif memang pergerakan ku he he he ...

Pernah juga aku ajak dia untuk ikut bareng kawan-kawan ku naik gunung, kalau tak salah saat itu dalam suasana akan tahun baru. Maklumlah komunitas ku itu anaknya aneh-aneh, mereka bisa jadi apa saja, organisasi oke, remaja masjid oke, event organizer oke, main musik apalagi oek banget, naik gunung juga oke, keliling jadi pemantau pemilu juga oke, ah pokoknya mantaplah kawan-kawan ku itu.

Nah, barulah dikelas selanjutnya aku diterima, tapi bukan tanpa syarat lho. Ah lucu juga aku kalau ingat masa-masa itu semua. Saat dimana aku sering membantunya mengerjakan apa yang aku bisa (selain pelajaran ya, karena dia beda jurusan dengan ku). Saat dimana aku juga masih sering curicuri waktu untuk ketemu walau Cuma sebentar di musolla sekolah saat solat dhuha (terus terang ya, orientasi ku saat itu bukan mau solat dhuha, tapi pengen ketemu dia aja, weleh weleh ..). Atau ada juga saat aku membernikan diri untuk mengantarnya pulang dengan kenderaan ayahku ( padahal izinnya kemana, perginya entah ke mana he he he) maklumlah namanya juga lagi kasmaran.

Tulisan ini hanya sepenggal kisah ku dan dia, sekedar untuk mengobati kerinduan hati tentang masa-masa lalu itu. Seperti lirik diatas yang mengatakan bahwa terkadang kita sebagai manusia biasa tak bisah juga melepaskan kodrat kita sebagai makhluk yang diciptakan berpasang-pasangan. Semoga aku bisa konsisten dengan tulisan ku diawal blog ini, bahwa pasangan hidup adalah kebutuhan penting tetapi belum mendesak. Kalau aku sedang ingin merasakan suasana hati saat dimana aku masih memilki pasangan untuk berbagi dan segala macamnya, musik dan malamlah yang akan menemaniku....

Kota Pelajar, Pukul 01.33/ 11 Maret 2009
www.putralubukpakam.blogspot.com
www.putrabatubara.multiply.com

Untuk Shinnohikari.........

2 komentar:

  1. weleh-weleh...putra punya kenangan masa lalu juga to? ya..ya...put,jomblo itu pilihan kok..pilihan hidup. Q cuma bisa doakan, semoga Tuhan memberi yang terbaik dan tepat. Amin...
    Gabung aja di grup jojoba...jomblo2 bahagia..he..he...

    BalasHapus